BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia adalah mahkluk sosial, untuk
itu manusia memerlukan orang lain untuk dapat bertahan hidup. Manusia perlu
mensosialisasikan dirinya dengan orang lain mengenai cara hidup, penyesuaian
diri agar dapat berfungsi bagi orang lain. Proses sosialisasi ini merupakan
suatu hal yang menjadi pusat penelitian dalam sosiologi pendidikan.
Beberapa ahli mengemukakan mengenai
pengertian proses sosial, untuk itu pengertian tentang proses sosial diambil
dari berbagai pendapat sehingga menghasilkan suatu pengertian secara utuh.
Pembahasan tentang penyesuaian diri dilihat dari penyesuaian diri terhadap
lingkungan fisik dan penyesuaian terhadap lingkungan sosial. Sedangkan
pembahasan tentang beberapa factor yang mempengaruhi perkembangan sosial
manusia dapat dikaji dari beberapa aspek
, misalnya pengaruh bawaan atau genetik dan pengaruh lingkungan atau gabungan dari kedua aspek tersebut. Pembahasan tentang perkembangan tingkah laku kelompok akan mengkaji dari aspek perkembangan anak terkait dengan kelompok tempat mereka melakukan interaksi sosial.
, misalnya pengaruh bawaan atau genetik dan pengaruh lingkungan atau gabungan dari kedua aspek tersebut. Pembahasan tentang perkembangan tingkah laku kelompok akan mengkaji dari aspek perkembangan anak terkait dengan kelompok tempat mereka melakukan interaksi sosial.
Manusia sebagai mahkluk sosial harus
mampu beradaptasi dengan baik terhadap masyarakat sekitar, karena jika tidak
maka individu tersebut akan dikucilkan oleh masyarakat. Untuk itu sangat
penting bagi kita dalam mempelajari aspek-aspek yang berkaitan langsung dengan
proses sosialisasi di lingkungan masyarakat.
Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial manusia mempunyai dua aspek, yaitu proses belajar sosial
atau proses sosialisasi,dan proses pembentukan kesetiaan sosial. Ada dua dasar
proses balajar sosial atau proses sosialisasi, yaitu sifat ketergantungan
manusia terhadap manusia lain, dan sifat adaptabilita dan intelegensi manusia.
Proses sosialisasi ini berlangsung secara terus menerus (sepanjang hidup).
Sedangkan perkembangan kesetiaan sosial berlangsung secara stimulant dan saling
pengaruh dengan proses sosilisasi. Dalam proses sosialisasi akan berkembang
kesetiaan seseorang terhadap keluarga maupun kelompok atau organisasi tertentu.
Keluarga merupakan kelompok sosial
terkecil dalam kehidupan manusia. Dalam lingkungan keluargalah manusia pertama
kali belajar beradaptasi dan berinteraksi dengan orang lain. Untuk itulah,
dalam menciptakan individu yang mampu melakukan proses sosialisasi dengan baik
dibutuhkan lingkungan keluarga yang baik. Dengan bersosialisasi individu
dapat mengerti, memahami, dan mempelajari tingkah laku, kebiasaan,
keterampilan, dan sebagainya. Karena hal tersebut, individu membutuhkan
bimbingan, dorongan yang positif agar dapat menjadi individu yang tangguh.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut
:
1.
Apa itu proses sosialisasi dan batasan –batasan tentang
proses sosialisasi.
2.
Apa
sajakah Faktor – faktor yang mempengaruhi sosialisasi?
3.
Apa
Tujuan sosialisasi?
4.
Bagaimana aspek perkembangan tingkah laku sosial manusia?
5.
Bagaimanakah
proses perkembagan tingkah laku kelompok?
C.
Batasan Masalah
1.
Batasan – batasan tentang proses
sosialisasi.
2.
Faktor – faktor yang mempengaruhi sosialisasi
3.
Tujuan sosialisasi
4.
Aspek
- aspek perkembangan tingkah laku sosial manusia
5.
Proses
perkembangan tingkah laku kelompok.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Batasan
– batasan tentang Proses Sosialisasi
Sosialisasi adalah sebuah
proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya
dalam sebuah kelompok atau masyarakat.
Sosialisasi
diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup bagaimana seorang individu
mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang meliputi cara-cara hidup, nilai-nilai, dan
norma-norma social yang terdapat dalam masyarakat agar dapat diterima oleh
masyarakat.
Menurut havinghurst dan neugarten (dalam
Vembrianto, 1982:19). Proses sosialisasi adalah proses belajar.
Menurut R.S. lazarus (dalam
Vembrianto, 1982: 20), proses sosialisasi adalah proses akomodasoi dimana
individu menghambat/ mengubah impuls – impuls sesuai dengan tekanan lingkungan dan mengembangkan pola pola nilai
dan tingkah laku yang baru sesuai dengan kebudayaan masyarakat.
David popenoe (dalam Vembrianto,
1982:20) berpendapat bahwa proses sosialisasi dipandang sebagai usaha memasukan
pengaruh kebudayaan ke dalam diri
individu dan bukannya sebagai usaha individu untuk mempelajarfi kebudayaan
masyarakat.
Dari batasan- batasan tersebut,
dapat ditarik kesimpulan :
·
Proses sosialisasi adalah proses
belajar yaitu suatu proses akomodasi dengan mana individu menahan, mengubah
impuls – impuls dalam dirinya dan mengambil cara hidup atau kebudayaa
masyarakat.
·
Dalam proses sosialisasi itu
individu mempelajari kebiasaan, sikap ide – ide, pola – pola nilai dan tingkah
laku
B.
Faktor
– Faktor yang Mempengaruhi Sosialisasi
Dalam proses sosialisasi individu
berkembang menjadi suatu pribadi atau makhluk sosial. Menurut Robbins dan
Vembriarto (1978), perkembangan kepribadian manusia dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya :
1. Sifat dasar, adalah sifat-sifat yang diwarisi individu
dari kedua orang tuanya. Sifat dasar ini banyak dipengaruhnya dalam
perkembangan kepribadian individu.
2. Lingkungan pranatal, adalah lingkungan sebelum
kelahiran atau sewaktu individu berada dalam kandungan. Pada masa ini
perkembangan individu dipengaruhi beberapa faktor diantaranya :
a. Beberapa jenis penyakit
b. Gangguan endokrin yang dapat menyebabkan
keterbelakangan psikologis perkembangan anak
c. Struktur pada tubuh ibu
d. Rasa kaget ketika kelahiran
3. Perbedaan individu, meskipun individu berkembang
dalam lingkungan masyarakat yang sama namun tidak seorangpun individu tersebut
yang sama kepribadiannya. Hal ini disebabkan akibat keunikan yang dimiliki
masing-masing individu. Perbedaan ini mencakup segi fisik, fisiologis, ciri
mental dan emosional.
4. Lingkungan, adalah kondisi di sekitar individu yang
mempengaruhi sosialisasinya, yang dapat dibedakan lingkungan alam, budaya,
manusia lainnya, dan masyarakat.
5. Motivasi, adalah kekuatan-kekuatan atau dorongan
yang menyebabkan individu berbuat. Motivasi dibedakan atas dua dari dalam
diriindividu yang disebut motif serta dari luar diri diri individu baik dari
orang lain maupun keompok ataupun masyarakat. Tingkah laku individu dipengaruhi
oleh motivasi dimana individu itu berbuat, apa tujuan serta harapannya, semua
itu akan tercermin dalam tingkah lakunya.
Perkembangan
sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: keluarga, kematangan
anak, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental
terutama emosi dan inteligensi.
a. Keluarga
Keluarga
merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek
perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara
kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di
dalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada
dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan budaya anak.
Proses
pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan
oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri
terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga.
b.
Kematangan anak
Bersosialisasi
memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu mempertimbangan dalam
proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan
intelektual dan emosional. Di samping itu, kemampuan berbahasa ikut pula
menentukan. Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan
kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan
fungsinya dengan baik.
c. Status
Sosial Ekonomi
Kehidupan
sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga
dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak
yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam
keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan
sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku
di dalam keluarganya.
Dari pihak
anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang
telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan
sosial anak akan senantiasa “menjaga” status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam
hal tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan
menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat
berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat
lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri.
d. Pedidikan
Pendidikan
merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai
proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial
anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang.
Pendidikan dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi
oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku
yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan
pendidikan(sekolah). Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada
norma-norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan
bangsa(nasional) dan norma kehidupan antarbangsa. Etik pergaulan membentuk
perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
e. Kapasitas
Mental, Emosi, dan Integensi
Kemampuan
berpikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan
masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan
berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual
tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang
sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak.
Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.
Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.
C.
Tujuan
Sosialisasi
Melihat begitu
pentingnya sosialisasi, Bruce J. Coen membagi tujuan sosialisasi menjadi 4
tujuan pokok, yaitu sebagai berikut:
a.
Memberikan keterampilan yang dibutuhkan
seseorang dan dalam kehidupan ditengah – tengah masyarakat.
b.
Menanamkan
nilai – nilai pada seseorang dan kepercayaan pokok yang ada di masyarakat.
c.
Mengembangkan
kemampuan seseorang untuk berbicara atau berkomunikasi dengan baik.
d.
Mengembangkan
kemampuan seseorang mengendalikan dirinya sesuai dengan fungsinya sebagai
bagian dari asyarakat dengan seringnya ia mengoreksi perbuatan yang sudah
dilakukan, apakah itu benar atau salah. (dalam Niniek dan Yusniati, 2004:108).
Jadi pada hakikatnya
sosilalisasi memiliki tujuan untuk memperoleh nilai, norma, pengetahuan dan
keterampilan sebagai pedoman dalam kehidupan.
Dengan demikian proses sosialisasi setiap individu diharapkan dapat :
-
Menyesuaikan
prilaku yang diharapkan dan dianggap baik oleh masyarakat.
-
Mengenal
dirinya dan mengembangkan segala kemampuan dengan lingkungan sosialnya.
-
Mampu
menjadi anggota masyarakat yang baik sehingga berguna bagi dirinya dan
masyarakat.
-
Memperoleh
konsep tentang dirinya. (dalam Niniek dan Yusniati, 2004:109).
Dapat disimpulkan Bagi individu : agar dapat hidup secara wajar
dalam kelompok masyarakat sehingga tdak aneh dan di terima di masyarkat lain
serta dapat berpartisipasi. Sedangkan, Bagi masyarakat : menciptakan
keteraturan social melalui penmungsian sosialisasi sbagai sarana pewarisan
nilai dan norma serta pengendalian social.
D.
Aspek
Perkembangan Sosial Manusia
Perkembangan
sosial manusia dilihat dari dua aspek yaitu :
1. Aspek
biologi yaitu perkembangan individu mulai dari bayi, anak-anak, remaja dan
akhirnya menjadi orang dewasa. Inilah yang disebut perkembangan jasmaniah.
2. Aspek
personal sosial yaitu perkembangan pribadi individu . perkembangan sosial
memiliki dua aspek yaitu proses belajar sosial atau proses sosialisasi dan
proses pembentukan kesetiaan sosial. Ada dua dasar proses belajar sosial
manusia atau yang biasa disebut proses sosialisasi yaitu :
a).
Sifat tergantung manusia terhadap manusia lain, dimana telah diketahui bahwa tidak
ada individu yang dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Contohnya pada
masa bayi manusia tergantung dari pertolongan orang tunya, begitu pula setelah
ia dewasa manusia memiliki rasa saling ketergantungan dengan manusia lain.
b).
Sifat adaptabilita dan intelegensi, dimana manusia memiliki kemampuan untuk
menyesuaikan diri yang tentunya dilengkapi dengan intelegensi. Oleh karena itu
ia mampu mempelajari bermacam-macam tingkah laku sosial.
Proses
belajar sosial ini berlangsung sepanjang umur (life long process), bermula
sejak manusia lahir hingga mati. Proses sosialisasi ini berlangsung dalam
kelompok ataaupun lembaga di masyarakat. Dalam mempengaruhi sosialisasi anak
ada beberapa metode yang dipakai orang dewasa, yaitu :
1. Metode
ganjaran dan hukuman
Tingkah
laku yang salah pada anak diberi hukuman dan yang benar diberi ganjaran atau
hadiah. Dengan adanya hukuman anak akan menyadari kesalahannya dan berusaha
untuk memperbaikinya. Sedangkan dengan adanya ganjaran atau hadiah bahwa
perilakunya benar dan perlu dipertahankan.
2. Metode
pemberian contoh
Orang
dewasa mengajarkan berbagai contoh kepada anak. Anak akan mencontoh apa yang
dilakukan orang dewasa sehingga terjadi proses imitasi yang juga erat kaitanya
dengan proses identifikasi terhadap tingkah laku orang dewasa tersebut.
3.
Metode pendidikan pengajaran
Orang
dewasa mengajarkan berbagai pengetahuan dan keterampilan kepada anak baik
melalui pemberian informasi, ceramah ataupun penjelasan.
Proses sosialisasi sendiri dikenal
melalui tiga tahap , yaitu :
A. Proses Internalisasi
Proses ini merupakan suatu proses
panjang dan berlangsung seumur hidup, sejak manusia lahir sampai ia meninggal
dunia. Manusia mempunyai bakat yang telah terkandung di dalam dirinya untuk
mengembangkan berbagai macam perasaan, hasrat,nafsu, serta emosi dalam
kepribadian individunya. Akan tetapi, wujud pengaktifan berbagai macam isi
kepribadiannya itu sangat dipengaruhi oleh berbagai macam stimulus yang berada
dalam alam sekitarnya dan dalam lingkungan sosial maupun budayanya. Setiap hari
dalam kehidupan individu akan bertambah pengalamannya tentang bermacam-macam
perasaan baru, maka belajarlah ia merasakan kebahagiaan, kegembiraan, simpati,
cinta, benci,keamanan,harga diri,kebenaran, rasa bersalah, dosa, malu, dsb.
Selain perasaan tersebut berkembang pula berbagai macam hasrat seperti hasrat
mempertahankan hidup. Untuk menikmati keindahan semua itu dapat dipelajari
melalui prosesninternalisasi yang menjadi ,ilik kepribadian individu.
B. Proses Sosialisasi
Proses ini artinya suatu
proses dimana seorang individu mendapatkan pembentukan sikap untuk berperilaku
sesuai dengan kelakuan kelompoknya. Maka kepribadian adalah keseluruhan faktor
biologis, psikologis dan sosilogis yang mendasari perilaku individu.
Proses sosialisasi terjadi melalui
dua cara yaitu:
a. Conditioning.
b. Komunikasi atau interaksi.
Conditioning, adalah keadaan yang
menyebabkan individu mempelajari pola kebudayaan yang fundamental seperti cara
makan, bahasa, berjalan, cara duduk, pengembangan tingkah laku dan sebagainya.
C. Proses Inkulturasi
Dalam bahasa Indonesia
diartikan sebagai pembudayaan yaitu seorang individu yang mempelajari dan
menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat istiadat, sistem nora dan
peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaanya. Individu sejak kecil sudah mengawali
proses inkulturasi dalam alam pikiran mereka sebagai warga suatu masyarakat.
Mula-mula dimulai dari lingkungan keluarganya, kemudian dari teman-teman
mainnya. Selain itu ia sering belajar dengan meniru berbagai macam tindakan.
Namun, sebelumnya perasaan dan nilai budaya yang meberi motivasi akan tindakan
meniru itu telah diinternalisasikan dalam kepribadiannya. Dengan berkali-kali
meniru, maka tindakannya akan menjadi suatu pola yang mantap dan norma yang
mengatur tindakannya itu untuk dibudidayakan. Berbagai macam norma kadang juga
dipelajari seorang individu secara sebagian demiu sebagian dengan mendengarkan
orang-orang di dalam lingkungan pergaulan pada saat yang berbeda-beda. Sudah
tentu ada juga norma-norma yang diajarkan kepadanya dengan sengaja, tidak hanya
di lingkungan keluarga dan di luar keluarga saja, tetapi juga secara formal.
E.
Perkembangan
Tingkah laku Kelompok
Perkembangan
sosial melalui kelompok terjadi karena partisipasi sosial dalam peranan anak
dalam kelompok sebaya terjadi melalui beberapa tahap :
1. Tahap permainan soliter : Pada tahap
ini anak bermain sendiri dimana anak memperlakukan teman sebayanya sebagai
benda.
2. Tahap permainan semi
soliter/permainan parallel : Ketika anak berumur 2 tahun, dia bermain sendiri
walaupun ada teman sebaya disekitarnya.
3. Tahap permainan kooperatif : Pada
tahap ini anak mulai melakukan kegiatan bersama-sama dalam kelompok sebayanya,
biasanya berjumlah kelompok kecil 3-5 orang
4. Fase permainan khayal : Pada fase
ini (ketika anak berusia 3-5 th) anak menirukan peranan-peranan yang serupa
dengan orang dewasa. Pada anak mulai berkembang konsep tentang dirinya dan
orang lain sering kali bersifat tak konsisten atau selalu berubah-ubah
5. Fase bermain kelompok : Pada fase
sudah berkembang kepatuhan pada kelompok pimpinan dan merupakan perkembangan
dari fase-fase sebelumnya.
6. Permainan Tim yang terorganisasi
(10-14) orang. : Kelompok pada fase ini sudah terorganisasi, mempunyai
aturan-aturan, upacara atribut dan sebagainya.
7. Fase setelah masa pubertas : Pada
fase ini jumlah anggota kelompok sangat kecil dan bersifat homogen dan
terbentuk atas dasar kesamaan minat.
Perkembangan
sosial ini berlangsung terus hingga anak menjadi orang dewasa. Keberhasilan
seseorang dalam melalui tahapan-tahapan ini akan terlihat dari peranan sosialnya
setelah ia dewasa. Orang dewasa akan berperan dalam kelompoknya sesuai dengan
tujuan yang hendak ia capai dalam memasuki suatu kelompok. Pada umumnya orang
dewasa akan mudah menyesuaikan diri dengan kehidupan kelompok apabila ada
persamaan nilai kelompok dengan yang dianutnya. Timbul perpecahan-perpecahan
dalam kelompok yang biasanya disebabkan oleh benturan-benturan nilai antara
sesama anggota kelompok.
F.
Masalah/
Realita di Lapangan
Proses sosialisasi pada anak balita.
Pada tahap persiapan di usia balita adalah tahap dimana
seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh
pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan
meniru meski tidak sempurna.
Pengasuhan anak yang dilakukan sepenuhnya oleh keluarga
membuat apa yang diajarkan dan diharapkan oleh keluarga kepada anak dapat
dilihat dan diterima oleh anak karena orang tua dapat memantau dan mengontrol
perkembangan anak. Misalnya, orang tua mengajarkan pada anak untuk mengucapkan
kata “ibu” dan anak mampu mengucapkannya “buk”. Makna kata tersebut juga belum
dipahami tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata
“ibu” tersebut dengan kenyataan yang dialaminya.
- Desa : proses sosialisasi anak balita pada masyarakat desa dilakukan secara penuh oleh agen sosialisai utama yaitu keluarga. Pada umumnya, perempuan di desa yang sudah menikah tidak bekerja dan hanya mengurus keperluan rumah tangga sehingga ketika dalam sebuah keluarga memiliki anak maka urusan pengasuhan anak dilakukan sepenuhnya oleh ibu.
- Kota : pada masyarakat kota urusan pengasuhan anak tidak sepenuhnya dilakukan oleh ibu. Kehidupan kota yang menuntut biaya hidup yang lebih mahal daripada di desa serta kedudukan wanita yang sama oleh lelaki karena telah memiliki pendidikan membuat banyak wanita kota yang bekerja untuk menopang perekonomian keluarganya. Sehingga banyak ibu-ibu rumah tangga yang memiliki anak balita menyerahkan pengasuhan anaknya kepada baby sister, tetangga, maupun keluarga terdekatnya dikarenakan tuntutan
Proses
pengenalan kebiasaan-kebiasaan pada tahap persiapan bagi anak harus terjalin
kerjasama antara orang tua dengan pengasuh anak. Agar harapan-harapan orang tua
terhadap anak dapat terbentuk. Misalnya, orang tua mengajarkan untuk makan
tepat waktu kepada anaknya dan hal tersebut disampaikan kepada pengasuhnya
kemudian pengasuh dapat melanjutkan dan menerapkan kebiasaan tersebut
kerja yang tidak memungkinkan ibu bisa selalu berada dirumah
dan mengasuh anaknya.
Proses sosialisasi pada remaja.
Masa remaja ditinjau dari rentang kehidupan manusia
merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Sifat-sifat remaja
sebagian sudah tidak menunjukkan sifat-sifat masa kanak-kanaknya, tetapi juga
belum menunjukkan sifat-sifat sebagian orang dewasa. Hurlock (1991: 206),
menyatakan awal masa remaja berlangsung kira-kira dari 13 tahun hingga 16 atau
17 tahun, sampai 18 tahun, yaitu usia yang matang secara hukum.
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan
oleh peran yang secara langsung dimainkan
sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang
lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai
menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubunganya
semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar
rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap
juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar
keluarganya.
- Desa : proses sosialisasi anak pada usia remaja di desa, pergaulan dan interaksi sosial dengan teman sebaya bertambah luas dan pengaruhnya cukup kuat. Sehingga anak banyak mendapatkan pengalaman baru maupun pengaruh di lingkungan sosialnya bersama dengan teman-teman sebayanya, lingkungan pendidikan, maupun media massa. Namun, teman sebaya sangat berperan besar terhadap proses sosialisasi remaja di desa. Anak mendapat nilai-nilai baru dari teman-teman sebayanya sehingga anak belajar juga untuk menyesuaikan atau memfilter hal-hal yang baik baginya. Karena pada usia ini anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi maka orang tua perlu mengontrol perkembangan dan lingkungan pergaulan anak agar anak tetap berada pada koridor yang benar sesuai dengan ajaran/nilai/norma yang telah diajarkan oleh orang tua.
- Kota : proses sosialisasi anak pada usia remaja di kota, pengaruh teman sebaya, lembaga pendidikan maupun media massa sama kuatnya terhadap proses sosialisasi pada anak remaja di kota. Remaja di kota juga banyak menghabiskan waktunya bersama dengan teman sebayanya dengan jalan-jalan di mal maupun nongkrong-nongkrong bersama. Lembaga pendidikan juga berpengaruh terhadap perilaku, menambah pengetahuan dan ketrampilan anak. Anak remaja kota yang pada umumnya sudah mengenal teknologi dan media massa sangat berpengaruh terhadap proses sosialisasinya. Efek negatif yang ditimbulkan dengan adanya televisi, internet, handphone, majalah, dll membuat anak banyak menghabiskan waktu di rumah dan tidak bersosialisasi dengan tetangganya sehingga anak memiliki kepribadian cenderung tertutup bahkan kurang peduli terhadap lingkungan sekitar tempat tinggalnya
Proses sosialisasi pada orang dewasa.
- Desa dalam tahapan proses sosialisasi manusia dewasa telah berada pada tahap penerimaan norma kolektiv. Pada tahap ini seseorang sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama–bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya– secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.
Pada masyarakat desa, orang dewasa mampu bekerjasama dalam
melaksanakan kegiatan di desa, misalnya kerja bakti. Selain itu ia dapat
bekerja mencari nafkah bagi dirinya sendiri maupun keluarganya.
- Kota : pada masyarakat kota, manusia dewasa harus siap berada pada situasi-situasi yang baru karena mobilitas yang cukup tinggi. Ia harus mampu bekerjasama dalam lingkungan kerjanya dan lingkungan sosial. Karena manusia dewasa sudah berada pada tahap penerimaan norma kolektiv makan ia mampu menyesuaikan diri dalam situasi apapun, ia juga harus mampu memfilter hal-hal yang baik bagi dirinya, karena masyarakat kota adalah masyarakat yang majemuk
Proses sosialisasi pada orang tua.
- Desa :proses sosialisasi pada orang tua di desa adalah bahwa orang tua mampu menjadi panutan bagi orang-orang yang lebih muda darinya. Dalam hal ini orang tua harus mampu mengajarkan, membimbing, dan “ngemong” orang-orang yang lebih muda, terutama dalam hal perilakunya. Orang tua yang telah mengalami proses sosialisasi yang cukup panjang diharapkan dapat memegang teguh nilai dan norma yang berlaku di masyarakat sehingga orang-orang yang lebih muda dapat mencontoh perilakunya.
Misalnya, dalam hal sopan santun orang Jawa. Orang tua pasti
fasih berbicara bahasa Jawa yang baik dan benar. Ketika berbicara dengan orang
yang lebih tua maka menggunakan bahasa jawa kromo inggil. Anak-anak muda jaman
sekarang banyak yang kurang menguasai bahasa jawa kromo inggil, maka orang tua
membimbing dan mengajarkan bagaimana berbicara dalam bahasa jawa yang baik dan
benar.
- Kota: proses sosialisasi pada orang tua di kota, cenderung untuk lebih santai dan menikmati kerja. Karena sebelumnya, orang kota sibuk dengan pekerjaannya. Di usia tua orang tua bisa santai bekerja atau memberikan usaha yang dijalankannya kepada anaknya sehingga ia lebih menikmati hari-hari tuanya bersama keluarganya, mengasuh cucunya dan menularkan kebiasaan/norma yang berlaku dalam keluarganya.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Proses
sosialisasi terjadi melalui proses interaksi sosial yaitu hubungan antar
manusia yang menghasilkan adanya proses pengaruh mempengaruhi. Melalui proses
sosialisasi ini maka dengan sendirinya akan terbentuk dalam masyarakat kelompok-kelompok
sosial.
2. Manusia
dituntut untuk dapat menyesuaikan diri baik dengan lingkungan fisik maupun
lingkungan sosialnya.
3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses sosialisasi yaitu : Sifat dasar,
Lingkungan prenatal, Perbedaan individu, Lingkungan, Motivasi.
4.
Aspek-aspek perkembangan sosial terbagi menjadi aspek biologis dan aspek
personal sosial.
5.
Perkembangan kesetiaan sosial ini bersumber dari partisipasi, komunikasi dan
kerjasama individu dalam kehidupan kelompok.
6.
Perkembangan sosial melalui kelompok terjadi karena partisipasi sosial
7. Pada
dasarnya keluarga memiliki banyak fungsi dimana fungsi-funsi tersebut harus
dijalankan secara utuh. Fungsi-fungsi tersebut yaitu funsi kasih sayang, fungsi
komunikasi, fungsi perlindungan, fungsi rekerasi, fungsi agama dan fungsi
sosial.
8. Keluarga
adalah satuan unit terkecil dalam masyarakat, dimana para anggotanya salaing
berinteraksi untuk mencapai tujuan hidupnya.
9. Keluarga
sebagai unit lembaga terkecil dalam masyarakat merupakan cerminan dari struktur
sosial dalam masyarakat. Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat
mengalami perubahan dalam proses sosial dalam waktu sesuai dengan perkembangan
jaman
B. Saran
Sesuai
dengan pembahasan sebelumnya, penulis memberikan saran antara lain:
1. Hendaknya
setiap individu mampu mengadakan sosialisasi dengan baik agar mampu
mengaplikasikan dirinya dalam masyarakat.
2. Kita
harus memiliki motivasi yang kuat, karena motivasi itu sendiri dapat
mempengaruhi tingkah laku atau sosialisasi setiap individu
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi, A. 2004. Psikologi Sosial.
Edisi Revisi. Jakarta : Rieneka Cipta
Mahmud, M. Dimyati. 1989. Dasar –
Dasar Sosiologgi Pendidikan. Yogyakarta : FIP - IKIP Yogyakarta
St. Vebrianto. 1982. Sosiologi
Pendidikan. Yogyakarta: Yayasan Pendidikan Paramita.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi.
Assalamualaikum mbak......salam kenal..mau nanya..tulisan ini hasil penelitian skripsi, tesis atau jurnal?krn mau saya buat referensi. Ijin utk referensi...terimakasih sblmnya
BalasHapusAssalamualaikum mbak......salam kenal..mau nanya..tulisan ini hasil penelitian skripsi, tesis atau jurnal?krn mau saya buat referensi. Ijin utk referensi...terimakasih sblmnya
BalasHapus